mari sok berpikir dan berkomentar

Ironisnya Nasibmu Generus

Generus adalah kependekan dari Generasi Penerus, sebuah program pengajian yang diadakan untuk remaja di tempat gue. Sebenernya sih ada program Pengajian Remaja, namanya Ngaji Muda-Mudi. Kalo yang itu sih ngaji biasa. Nah yang ini adalah program yang dikhususkan bagi remaja yang dipersiapkan sebagai Generasi penerus yang mengemban Ilmu AlQuran dan Hadits dengan cara cendekia. Jiee bahasa gue..

Remaja yang masuk program Generus ini mempelajari AlQuran dan Hadits dengan lebih mendalam, tidak seperti biasanya di pengajian Muda-Mudi biasa, yang mana anda hanya datang lalu mengaji dan mengkaji AlQuran. Lebih mendalam di sini dalam artian satu ayat yang dikaji, misalnya, akan dibahas secara mendalam, contohnya dari asbabul nuzulnya (sebab keturunannya ayat tersebut), makna tersirat dalam kallimat, referensi atau penerangan lebih lanjut dari ayat lain dalam AlQuran maupun hadits, nahwu shorofnya, hingga struktur keseluruhan serangkaian ayat atau satu surat. Ck ck.. mangstap dah pokoknya. Kalo otaknya ga nyampe bisa semaput lah intinya *lebay*. Tajwid? Ck itu kan dipelajarin sama cabe rawit, anak-anak Generus udah jago laaah *songong hahaha*.Gak Cuma itu, Ada berbagai materi lain yang dipelajari, yakni  hukum perkawinan dan muhrim, nahwu shorof, dan faroid (pembagian waris). Ada banyak lagi materi lepas yang pentinng untuk dipelajari, misalnya bacaan, kisah-kisah teladan dan kisah pelajaran hidup (ciieee) yang diambil dari AlQuran dan Hadits.

Program Generus ini telah dijalankan dari jaman gue masih SMA dulu (jie kesannya gue udah tua banget gitu deh). Sampe sekarang, sepenghitungan gue, sudah ada 3 gelombang pengajian Generus yang diadakan di tempat gue. Dari awal, adaa aja permasalahannya.

Pada gelombang pertama, Generus diadakan sebagai pengajian wajib bagi remaja tertunjuk. Gue salah satu diantaranya. Pengajian ini bisa dianggap gagal dalam artian animo peserta tidak menyambut baik program ini. Hal ini dilihat dengan kedatangan yang antara ada dan tiada. (Gue juga termasuk golongan yang antara ada dan tiada sih.. abisnya gue sekolah di bulungan dan les hingga baru pulang jam 7.. ck ck..) Setiap kali ngaji berjalan, pesertanya hanya sedikit, bisa dibilang ga sampe 50% siswa terdaftar yang hadir. Udah gitu dari sesi satu ke sesi lainnya oranngnya ganti2 terus hahahaa. Untuk materi yang bersambung dan perlu kehadiran konsisten, seperti faroid dan bab mahrom tentunya tidak bisa sampai secara efektif kepada para siswa. Jadilah ini hanya berakhir begitu saja. Generus gelombang pertama ini diakhiri dengan jalan-jalan ke daerah ci apaaa gitu.. sekalian penutupan. Nah kalo acara begini banyak deh orangnya..

Gelombang kedua berjalan secara underground atau bisa dibilang ilegal. Hal ini disebabkan para pengurus menganggap program Generus kurang lancar dan akhirnya ditiadakan saja. Tapi semanngat sang guru, Pak Edy, tak padam begitu saja. Begitu pula para santrinya. (Loh kok bahasa gue jadi kayak impotemen gini sih.. ck ck..) Ya pada akhirnya Pak Edy mengadakan sendiri ngaji Generus, dan yang dateng pun hanya orang-orang yang memang tergerak hatinya  untuk mencari ilmu. Awalnya sih Cuma buat sekelompok doing (di pengajian kami, dibagi beberapa tingkat anak cabang berdasarkan geografisnya, kami akrab menyebutnya sebagai kelompok.). Tapi lama kelamaan pengajian Generus ini sampai ke telinga kelompo lain dan beberapa yang tertarik pun ikutan. Lumayan banyak loh kalo kata gue. Di sini keliatan siapa aja yang emang haus ilmu, siapa aja yang konsisten. Ga ada ikatan dalam pengajian ini. Lo mau, lo dateng. Lo ga mau, ga usah dateng. Tidak ada yang merasa tertekan karena dia tidak bisa datang, dan tak ada pula yang merasa dirugikan waktunya kalau dia harus datang atau meluangkan beberapa jam waktunya untuk kemari.

Gelombang yang kedua ini menghadapi masalah ketika sang guru dan beberapa santrinya (emang kebanyakan cowok) mulai sibuk di turnamen futsal (aduh gue lupa banget turnamen apaan). Selain itu, di masa transisi kesibukan ini, pengajian pun terpotong karena bulan puasa. Nah kalo bulan puasa, emang di pengajian gue ada pengajian setiap malam, kan buat nambah2 pahala di bulan diskon pahala hehe.. Setelah bulan puasa berakhir pun ternyata pengajian Generus tak kunjung dimulai lagi.

Gue akhirnya menanyakan pada seorang teman gue mengapa tidak ada ngaji Generus lagi. Dia bilang bahwa Pak Edy menahan dulu pengajian Generus karena ada pengurus yang merasa keberatan dengan adanya pengajian ini. Katanya kan kan tidak ada programnya, jadi dianggap berjalan illegal.

Ck ck.. Gue sungguh ga ngerti pemikiran si bapak pengurus yang gue ga tau entah siapa itu. Kok bisa-bisanya ya dia mikir gitu? Emangnya kita-kita yang pada ngaji minta-minta duit dia untuk pengajian ini? Emangnya kita-kita yang pada ngaji ngeberisikin rumah dia? Emangnya kita-kita yang pada ngaji make listrik rumah dia? Emangnya kita-kita yang pada ngaji nambah-nambahin pengeluaran dia? Emangnya kita-kita yang pada ngaji ngabis-ngabisin makanan dia? Kenapa dia merasa keberatan gitu? Setiap peserta yang ikutpun ga dipungut biaya. Kalopun anaknya ikut, keberatan apakah yang pantas untuk membuatnya berpikir keberatan atas pengajian Generus ini?

Gue heran seheran herannya dan pas ngedenger itu rasa-rasanya gue mau marah dan mau nangis saking mirisnya keadaan ini. Bagus kan, ada guru yang mau membagikan ilmunya? Kapan lagi? Bagus kan, ada anak-anak muda yang biasanya untuk seumuran segitu senengnya nongkrong dan ngerokok atau ngetrack, eh malah pergi ke mesjid untuk mengaji? Kok dia bisa sih melontarkan omongan yang pada akhirnya membuat ngaji generus ini jadi ga ada lagi?

Beberapa bulan setelah itu, kepengurusan pusat pengajian kami menghimbau pada para pengurus cabang dan anak cabang utuk membentuk Tim Pembina dan Penggerak Generus. Nah lo, kan.. malah dihimbau dari pusat… Kalo gue kenal tuh orang yang tadi melontarkan pendapat yang pada akhirnya membuat perjalanan ngaji Generus kandas di tengah jalan, rasa-rasanya mau gue kata-katain to bapak, “Wooo gondok tuuh.. Sekarang program Generus malah disuruh dari pusat.. Wlee wleee…”

Nah berdasarkan himbauan itu, akhirnya kepengurusan cabang kami pun membentuk program generus lagi. Yang ini sudah masuk gelombang ke-3. Nah bedanya, program pengajian generus ini dipecah jadi 2: barat dan timur karena letak cakupan geografis kami yang sangat luas dan dinilai bisa menghambat kelancaran peserta untuk hadir.

Yang di Barat gue ga tau pelaksanaannya gimana, sebab kebetulan gue masuk yang timur. Gue pun ikut Generus yang ini. Senang sekali rasa-rasanya mengaji generus lagi. Gue sungguh-sungguh pengen banget dapet ilmu yang ga setara dengan orang yang biasa ngaji, sebab hal itu malah membuat gue terpicu. Semakin sulit semakin gue semangat untuk mengulik. Selain itu, gue kan bentar lagi mau nikah wahahhahahahaha. Soalnya kalo udah nikah dan punya anak, nanti sesi pengajian gue malah diwarnai dengan ngurus anak gue yang lagi nangis dan akhirnya cuma dapet ilmu secara mustami’ (mendengar) aja, ga mencatat (ini sih pengalaman ibu-ibu yang gue liat pas pengajian). Nah kalo dicatetnya di otak, ck alamat lupa deh gue.. (oke ini hanya ntermezo).

Lanjuut..

Nah sayangnya oh sayangnya, pengajian Generus ini ga bertahan lama. Baru aja berjalan 4 sesi pertemuan, sudah ada keluhan bahwa pengajian ini memberatkan. Gue ga tau deh ini keluhan datangnya dari siapa. Keluhan ini disampaikan pada pengurus cabang, dan pada akhirnya di Musyawarah Gabungan lalu, program generus resmi ditiadakan. Gue kurang tau yang ditiadakan yang di timur aja apa yang barat juga. Ironisnya, yang menyampaikan keberatan ini adalah ketua pengurus anak cabang dari wilayah gue. Ck ck..

Dari awal emang sebenernya gue merasa kurang sreg dengan system yang mewajibkan beberapa anak untuk ikut pengajian Generus. Dengan sistem ‘mewajibkan’ ini, sama aja mengulang sistem yang telah gagal di program Generus gelombang pertama. Waktu itu anak-anaknya diwajibkan, padahal ga semuanya juga mau ngikutin. Alhasil, jadilah mencil sana mencil sini, dateng, ga dateng, ngilang, lalu muncul lagi dan tiba-tiba udah ketinggalan materi. Nah, sistem yang telah gagal itupun diulang kembali di generus gelombang 3 ini. Lihat kan hasilnya? Belom apa-apa ada yang ngeluh keberatan. Ck ck..

Gue sebenernya setuju dengan sistem yang dijalankan di program Generus gelombang ke2, yang dianggap illegal. Yang mendatangi hanyalah yang minat. Tanggung jawab ada pada diri masing-masing.

Waktu mendengar berita ditiadakannya program Generus ini, gue lagi-lagi pengen marah rasa-rasanya *haha kesannya labil gitu deh emosi gue*. Emangnya kalo ada yang keberatan, hal itu menjadi alasan untuk membenarkan keputusan meniadakan program generus ini? apakah mereka udah mericek kebenarannya? Apakah mereka ga nyadar, di sini masih ada orang-orang kayak gue dan Azi misalnya, yang peduli dan sangat mau menuntut ilmu di program Generus?

Gue jadi mau mempertanyakan, keberatan semacam apakah yang dimaksud? Keberatan karena waktu? Yang jelas kalo masalah pembelian materi, itu ga ada masalah. Gue kasi tau aja ya, Pak Zainul tuh sampe sodaqoh beberapa eksemplar materi yang bakal dibahas, bisa diambil secara gratis. Bagi yang mau membeli, bukannya gue ngegampangin duit ya, lo bisa menukar 35.000 rupiah yang lo miliki dengan ilmu. Menurut gue itu harga yang sangat menguntungkan untuk pembelinya. Insya Allah, kalopun lo beli tu materi 35.000, dicicil 100 perak setiap hari sabtu dan minggu, Pak Zainul pun ga akan ngerasa keberatan sama sekali. Jadi masalahnya harusnya bukan karena uang kan? Lalu karena apa? Ga ada kendaraan? Lo harus liat tuh kelompok 5, Azi dan kawan-kawan pergi ke mesjid bela-belain naik sepeda. Lalu karena apa? Waktu? Malas?

Ck ck.. sungguh gue ga habis pikir.

Kok hanya karena ada keluhan keberatan malah programnya yang dihapus? Ibaratnya itu sama aja kayak lo punya topi ternyata kekecilan, Trus bukannya lo ganti topinya yang agak gedean, malah lo potong sebagian kepala lo. Ngaco kan? Menurut gue, penghapusan program generus ini adalah keputusan yang kurang bijak. Mana, mana, siapa sih yang mencetuskan ide begitu? Sini adu debat sama gue, kalah deh tu orang.

Kalo menurut gue, akan lebih bijak kalo sistemnya aja yang diganti. Yang mau silahkan datang. Yang ga mau silahkan hengkang. Simpel toh? Begini: Yaudah, kalo ada yang merasa keberatan, ga usah ribet lah, gue tau otak lo mungkin ga nyampe *hahaha ini udah sangat menggebu-gebu makanya bahasa gue agak sedikit kasar, maap deh lagian lenjeh sih jadi anak*, atau gue tau lo teramat sangat sibuk sehingga ga ada waktu luang lagi untuk menuntut ilmu. Oke, oke, itu terserah lo. Kalo lo keberatan, yaudah lo ga usah ikutin, ga usah ribet lah. Ga usah lah gara-gara keberatan lo itu, lo jadi bikin program ini ga ada. Jangan egois dong, masih ada orang-orang kayak gue dan gue tau masih ada beberapa anak lain yang semangat dan menyambut baik program generus ini.

Keberatan? Coba deh tanya sama diri sendiri. Jangan-jangan bukan karena keberatannya. Mungkin karena emang lo ga minat, makanya untuk menjalaninya terasa berat.

Wahai, yang masih punya umur belasan. Ketika lo menginjak umur 20-an kayak gue, lo akan merasa sangat berharga sekali sekecil apapun program yang mengarahkan lo untuk menuntut ilmu agama. Pas lo seumur gue, lo  mikirin skripsi lo gimana, lo mikirin lo sama calon lo gimana, gimana lo nikah nanti, gimana nanti lo bakalan kerja, gimana nanti kalo lo kerja dan sudah teramat sibuk mencari maisyah hingga rasanya sempit sekali waktu yang ter’sisa’ untuk mengkhatamkan makna AlQuran lo. Pada akhirnya lo akan merasa sangat bahagia diberi kesempatan menuntut ilmu, dan lo akan merasa sangat kecewa ketika kesempatan itu diambil dari lo.

Wahai, para orang tua. Lo maunya anak lo jadi apa? Jadi dokter? Insinyur? Arsitek, kayak gue *hahaha*? Anak lo merasa keberatan ikut ngaji GP? Tanyakan pada dia, apakah dia merasa keberatan bila nonton di bioskop bareng temen-temennya, menghirup sischa, makan dan hang out di daerah kemang dan mall-mall terkemuka lainnya? Coba bandingkan berapa banyak waktu yang dipake untuk bersenang-senang dibandingkan untuk ngaji atau sholat? Coba bandingkan berapa jam waktu yang dipakai untuk tidur dengan untuk bangun malam dan sekedar berdoa?

Gue juga ga mau sok suci. Gue sadar begitu banyak waktu yang gue pake buat bersenang-senang. Gue bisa main ice skating dari setelah makan siang sampe mau tutup jam 8-an malem. Gue bisa berjam-jam berkutat mainin Farmville. Banyak sekali waktu yang gue pake buat bersenang-senang. Dan perbandingannya sangat banyak bila dibandingkan dengan waktu gue ibadah atau menuntut ilmu agama. Makanya gue seperti kehilangan hal yang sangat berharga ketika ada yang ngambil kesempatan emas gue unuk menuntut ilmu yang berkualitas.

Jadi, tolong dong, lo boleh keberatan. Tapi paling ga, keberatan-keberatan lo jangan sampai menghilangkan kesempatan orang lain. Bersikaplah bijak sedikit, dan lihatlah sekitar, hai orang-orang. Kalo lo mau membuang kesempatan lo, masih banyak kok yang mau ngambil. Jadi lo buang aja, ga papa. Tapi jangan lo jadi ambil kesempata-kesempatan bagi yang lain.

Terakhir, maap ya kalo tulisan gue terlalu ofensif dan mungkin menyinggung banyak pihak (apalagi para pengurus) atau terkesan ngajak berantem atau adu bacot hahahaha. Kalo punya pendapat, tersinggung, atau punya pandangan lain, harap utarakan langsung kepada saya, baik via comment di bawah atau secara lisan. Saya tidak suka orang yang beraninya ngomong  di belakang. Sekali lo ngomongin gue di belakang, lo gue cap pengecut sampe lo berani bicara. Hahahaha.. Dare to speak your mind!

16 thoughts on “Ironisnya Nasibmu Generus

  1. Dear Annis… ass, saya juga prihatin dengan penghapusan generus di timur. Waktu pondok dihapuskan, alasannya karena ga punya uang. Menurut saya, bukan ga punya uang, tapi ga punya commitment untuk amal sholeh mengadakan pondok. Sekarang generus timur dibubarkan. Apa alasannya? Sudah bukan masalah uang lagi, tapi ada aja alasannya. Takut ga lancar ngaji kelompoknya. Betul kata Annis, kalo dia keberatan, kenapa harus menghilangkan kesempatan orang lain yang tidak keberatan? Tapi biarlah, kita cuma ru’yah yg harus sa’dermo taat. Biar keputusan2 itu menjadi tanggung jawab Pengurus di hadapan Alloh nanti.

    1. Iya, Bu Iwan..
      Aku pengen deh pengurus tahu tulisan-tulisan aku (terutama yang menyangkut muda-mudi).. Soalnya belum pernah ada kan yang mengkritisi kinerja dan keputusan mereka? Barangkali tulisan aku bisa menjadi pertimbangan lagi..

  2. Dear Annis,
    papaku udh baca looohhhhh… 😀
    dan papaku “diam tanpa kata” >> lebay! hoho..

    umm, setelah papaku baca ini, papaku cuma bilang ditiadakan yg di timur hanya karena hanya mengikuti permintaan pengurus kelompok kamu.. tapi papaku setuju untuk mengadakan lagi (InsyaAllah) generus di timur dan tidak diwajibkan, jd hanya yang mau aja.. 🙂

    semoga, ini bisa jadi sedikit pelajaran juga untuk semua pengurus, bahwa menghilangkan kesempatan untuk berilmu itu sangat disayangkan sekali.. >> umm, kata2ku salah ga yah soal ini???

    ok deh, smoga generus di timur bisa segera diadain lagi yaa.. aku (insyaAllah) mau ikutaaaann.. hehehe

  3. Ass.Wr.Wb. turut prihatin ya mba Annis, smoga Alloh bersama orang2 yang sabar (Innalloha ma’a shobirin), dan tidak akan mencoba Alloh pada kaumNya yang sekiranya tidak mampu menanggungnya. Ya moga2 dengan cobaan yang kamu dan temen2 alami, Alloh paring kelancaran, keamanan n kebarokahan (Amiin). Dan memang smua sudah ada dalil : 1). bahwa tahun ini lebih jelek dari tahun sebelumnya; 2). bahwa ilmu Nya Alloh sedikit demi sedikit akan diambil; dll.
    Walaupun demikian, kita tidak boleh menyerah begitu saja. Apalagi pengurus pusat terus menerus menasehati untuk bisa melestarikan ilmu2 Alloh ila yaumil qiamah. Alhamdulillah dizaman akhir ini masih ada (banyak) GP yang menyadari semua itu.
    Kita berpransangka baik aja pada mereka yang tidak setuju, karena kesibukan mereka sehingga mereka butuh istirahat.
    Dan moga2 para pengurus kembali mendukung acara GP (walaupun ilegal), apalagi sudah diwadahi. Sebenarnya para pengurus/ortu cukup memantau kegiatan anak2 nya, selama kegiatan tersebut positif, tidak merugikan orang lain dan untuk kepentingan kita bersama.
    Teruskan semangat mu, mba Annis dan temen2 yang lainnya.
    Mohon maaf telat komennya.AJKKH

  4. Kayaknya seperti main catur diatas bidang, aku harap kalian lebih sabar dan berbesar hati karna waktu yg akan menjawab semua. nanti islam hanya tinggal nama dan gambarnya saja sy harap bukan kita yg mengawalinya dan nanti juga agama akan hancur/rusak ketika di pegang oleh generasi yang tak berilmu sy harap bukan kita yg mengawalinya sy tahu kesedihanmu dan turut prihatin

  5. wah ajkk atas dukungannya.. hmm barangkali dengan begini Allah juga beri jalan dan ganti yang lebih baik. (semoga, Amin).

  6. Nice curhat. Kebetulan saya dilibatkan tim PPG di depok, mewakili DPD. Bisa jadi pertimbangan, atau ini bisa jadi bahan bakar buat semangatin anak-anak GP yg kebetulan angkatan th ini dari usia setara SMP – SMA.
    Jadi saya izin copy paste nih curhat, buat saya sampaikan dipengajian kel,pac,pc dan DPD.
    Jazakallohukhoiro

    1. silahkan.. alhamdulillah kalau memang bisa memompa semangat.. ambil baiknya ya, jangan buruknya (termasuk kata2 saya yang mungkin ‘kurang bisa diterima’) ;p

      aamiin..

  7. sayang….seringkali niat baik tidak direspon dengan baik pula…..banyak sekali alasan, seperti pepatah rambut sama itam tapi isi kepala berbeda ya….Apapun itu, ini adalah realitas….konflik seringkali diperlukan agar tumbuh rasa saling memahami, juga dibutuhkan agar terdengar suara-suara yang berbeda..ini adalah pembelajaran kedewasaan dan kebijakan….bahwa untuk masuk surga Alloh itu ngga mudah ya…perlu perjuangan….Ibu apresiasi sekali atas curhatanmu…kita doakan semoga Bapak-bapak pengurus mendengar dan mencermati keinginan remaja yang haus akan ilmu agama….Mungkin niat mereka juga tidak sejelek dugaan kita walaupun caranya juga kurang tepat…..Semoga Beliau-beliau bisa jga belajar banyak dari anak-anak muda penerus agama…barangkali..sedikit kritikan dari saya….apa pun bentuk kekecewaan kita, sampaikanlah dengan kesantunan…itu mungkin lebih elegan….Ajkk, nak….

  8. saya sangat prihatin realitas muda/i sekarang ini karena banyak yg menikah dengan orang luar. bangga melakukan pelanggaran bahkan di share pelanggaran tersbut di facebook, anehnya banyak yg nge-like bukan menasehati…

    Bajunya ketat-ketat.. bahkan jarang ditemukan mudi/i yang pakaiannya sesuai sar’i.. Pacaran menjadi hal yg biasa, bahkan bonceng-boncengan di dpean umum sudah gk malu lagi,,

    Mungkin ini pertanda akhir zaman,, banyak orang menggadaikan keimanannya utk dunia yang hina ini.. Maaf, just share. Mungkin bisa saran untuk peramutan muda/i kedepannya… Alhamdulillah kl di jaktim 2 sudah sampi angkatan XI,, berjalan cukup lancar…

  9. problematikanya persis seperti di jakut…:D
    Di jakut angkatan pertama di mulai tahun 2004, meskipun sekarang sudah angakatan 5, tapi makin kesini angakatan yang baru justru lulusannya memberi contoh yg ga baik menurut saya. banyak kasus-kasus yg membuat pengurus bilang “bubarkan sajalah, hanya menghambur2kan uang sabilillah” miris, ironisnya target diadakannya pengajian ini sebenrnya untuk menanam bibit yang proses kedepannya akan dijadikan pengurus minimal di muda/i, tapi di jakut sendiri justru pengurus muda/i nya yang dari lulusan GP itu minim.

    saya sendiri lulusan GP angkatan pertama(sama berati…ehehe) alhamdulillah di angkatan pertama sedikit sekali kasus nya, karena memang angkatan percontohan, mungkin memang masih ada perhatian lebih dari pengurus.

    jadi kembali ke permasalahan sebenrnya yaitu kerusakan zaman yang semakin kesini semakin parah. pada intinya yang salah bukan pembinaan GP/pengurus tetapi pergaulan dan pengaruh luar.

    btw, kayanya pernah ketemu nih kita…:D anis yg anaknya pak yatno ya?.

Leave a comment